Sunday, July 13, 2008

Nostalgia : Back To School

Tomorrow, 14 July 2008, is the first day of academic year in 2008/2009 for school-students in Indonesia. Since I’m not a high-school-student anymore, I kind of missing the atmosphere, especially when I see my little brother going to his new school. Preparing new books, stationeries, school bags, shoes, wondering who my classmates would be, how I would do in a year in front, etc..

Going back to those years, I always got nervous and excited about my new class. How would I adjust to the new environment? Would I find a good new friend? And so on..

One year ago, I remembered I said to myself, “It is the last time I feel this kind of feeling to wonder which class I would be in. Next year, I’ll never be in this place.” I had an unique experience then. I was in the wrong class. Well, it wasn’t completely my fault because ‘luckily’ I was listed in two classes, XII A 1 and XII A 2. The list which was put on the announcement board showed that I was in XII A 2. But,,, my name was not written in XII A 2 in the official list in administrative room, I was in XII A 1 instead. I was told to move after three days studying in the ‘wrong’ class. Somehow, I couldn’t accept it because I had considered XII A 2 as my class that day. Despite the short time I spent in the classroom, I felt uncomfortable to leave it. And, fortunately, the final decision led me to stay.

At that time, I thought that there must be ‘something’ behind this mistaken-class I was in. Although, I have to admit that not all of students in the classroom share time and laughter in a very strong bond and togetherness, I’m happy and again, grateful I was in XII A 2. Sometimes, I think of something, some moments, that wouldn’t happen the same way if I had been in another class. And, I’m really thankful for that.

Now, I’m facing another atmosphere. Whew, it’s all about packing, packing, and packing. This opportunity that I’m having, I believe that it must happen for a reason, for a good one.

Friday, July 11, 2008

Just A Few Words..

wew. it's been quite a long time since i wrote in English. hoho. and, just exactly in 2 weeks, i will be using that language as my daily language. phew. 2 weeks is not a short time. i think i'm gonna miss everything here, and yet i'm so excited and nervous to experience such independent studies and lives. to be honest, i still don't realize that i'll be leaving all of these stuffs behind, my families, my friends, and everything, i've lived here as long as i can remember. but looking back in a few past decades, i always wanted to have this opportunity. and i'm very grateful i have it now.

well, nothing in particular has happened recently. my bro has gone back to school. well, to a new school, actually. i just hope that he will do better at everyhing in this new environment.

and it's been 2 weeks also since my family moved here. despite the modern and complete facilities in kelapa gading, i love here more. the morning air is still fresh here. and u dun have to get frustated because you won't suffer a traffic jam. whew. i'm certain to say it's a very wise choice to move here.

Friday, July 4, 2008

Ensiklopedisme

Mengutip Kompas, 4 Juli 2008 dalam rubrik Opini, Pendidikan "Ensiklopedisme", oleh Robert Bala, halaman 6 : "Pendidikan kehilangan makna saat siswa hanya dijejali aneka informasi. Perez Gomez (1999) menyatakan, mereka diperlakukan bagai ensiklopedia hidup yang menyimpan banyak hal singkat, padat, dan (katanya) jelas serta pada saatnya (ujian) 'memuntahkannya'"

Tadi waktu baca kalimat di atas, rasanya pengen ketawa, haha, terutama di kata "memuntahkan". Benar sekali! Sedari SD dulu udah dicekokin sama Buku Catatan alias kumpulan soal-soal yang akan keluar saat ulangan. Kalau mau ulangan, cukup belajar dari catatan itu, dan... tadaaa.. nilai 9 sudah ditangan..! Bukannya sombong, tapi kan lucu kalau dipikir-pikir lagi.. Dulu, definisi sekolah buat gw itu adalah tempat untuk meraih nilai. Sebagai murid, cukup belajar dari catatan, dihafalkan, lalu kerjakan soal ulangan. Bahkan, kata-kata dalam soal ulangan pun terkadang sama persis dengan yang ada di catatan. Bahkan lagi, kalau bahan ulangan diambil dari kumpulan soal berbentuk pilihan ganda, dan model soal ulangan yang dikeluarkan juga pilihan ganda, jawaban pilihan a-b-c-d-e-nya juga sama persis, jadi kalau lagi males, cukup menghafalkan a-b-c-d-e-nya saja.

Sekarang gw lagi males protes sama sistem pendidikan, cara ngajar, ujian yang semata-mata mementingkan nilai, dan blablabla.. sebenarnya semuanya kembali pada pribadi masing-masing. apakah mau dibodohi dengan sistem seperti itu? Sebaiknya keingintahuan kita jangan terhenti dengan kata "Apa", tetapi juga "Bagaimana" dan "Mengapa". Setidaknya, kita bukanlah sebuah ensiklopedia hidup, atau pelajar yang hanya bermodalkan nilai. Tetapi bisa mengembangkan pola berpikir kreatif dan kritis. Bukan cuma manggut-manggut terus disimpen.

Hahahaha. Bisa-bisanya gw nulis seperti ini. Padahal kalau di sekolah, adanya juga main terima pelajaran aja. Terus tinggal belajar buat ujian, lulus, akhirnya dapet ijazah deh. Hahaha. Yah, gw nulis ini sebenarnya untuk diri sendiri juga. Supaya jangan terus-terusan jadi 'robot'...

Thursday, July 3, 2008

Sebuah Alibi Untuk Tidak Menulis..

iyah. sebenarnya ada banyaaaaaaaaaaaakkk sekali hal2 yang sudah menumpuk di otakku yang ingin kutulis, ada juga sih bbrp yang sudah dituangkan dalam hape. tapi, setiap kali mau dimasukkan ke sini, knapa selalu ada halangan??? entah males lah. komputernya eror lah. internetnya erorlah. mau ini lah mau itulah. duh, doakan saja semoga semuanya bisa terus awet di otak saya sebelum dituangkan di sini. dan kadang, begitu komputer sudah siap di depan mata. Tuuiiingg.... hilang sudah, lupa lagi! lalu, begitu mau mandi.. Tuiiinnggg ada topik lagi! Mau tidur? Tuuiingg....!!

akkh. sekarang aja mau nulis, tapi mau main bulu tangkis dulu ya! haha biar kuruuusssss.........

Mimpi

Ketika kecil, Aku memiliki segudang mimpi, ini dan itu. Aku ingin menjadi ini dan itu. Aku ingin melakukan ini dan itu. Aku ingin mempunyai ini dan itu. Aku ingin mengunjungi tempat ini dan itu. Aku ingin orang berkata ini dan itu. Aku ingin bertemu dengan si ini dan itu. Aku ingin ini dan itu.
Aku ingin menjadi seorang putri. Bersama burung-burung biru bernyanyi menghibur penghuni hutan. Bersama kelinci-kelinci putih melompat dan menari riang. Bersama peri-peri kecilku berdoa di bawah kerlap-kerlip bintang. Lalu pergi ke negeri seberang bersama Sang Pangeran.
Aku ingin menjadi seekor burung. Mengepakkan kedua sayapku di bawah hamparan langit biru. Terbang melewati semua aktivitas orang di bawah. Terbang menuju ke tanah di balik pegunungan itu. Kemudian membangun sarangku di sebuah pohon yang rindang.
Aku ingin menjadi seorang bajak laut. Mengarungi lautan dan berburu harta karun. Semua musuh dan monster penghuni laut kukalahkan dengan meriam di kapalku. Bersama awak kapal bernyanyi riang mencapai kemenangan. Berlayar kembali mencari lautan yang hilang.
Aku ingin menjadi seorang bangsawan. Memiliki sebuah rumah besar dengan perabotan yang hanya ada satu di dunia ini. Memiliki taman yang terbentang dengan rerumputan hijau dan warna-warni serta semerbak harum bunga. Mengadakan pesta kebun dengan mengenakan gaun yang cantik. Bermain petak-umpet dengan teman kecilku lainnya.
Aku ingin menjadi seorang pelukis. Dengan seni dalam darahku, ku torehkan warna-warni dalam selembar kanvas putih. Atau dengan sebatang pensil abuku, melukiskan sketsa wajah dalam hitungan menit. Lalu, aku akan berdiri di suatu podium. Mengucapkan terima kasih atas kehadiran orang-orang dalam pameranku.
Aku ingin menjadi seorang penulis. Di mana orang akan membaca bukuku di sela aktivitas mereka. Di mana mereka akan membunuh waktu dengan bertualang bersama karakter fiksi ciptaanku. Lalu, Aku akan tersenyum dengan jepret kamera dan membubuhkan tanda tanganku di balik lembar foto itu.
Aku ingin menjadi seorang pemandu wisata. Mengantarkan orang bertamasya ke tempat baru. Mendapatkan uang sekaligus berlibur. Mempelajari bahasa dan budaya baru. Mengabadikan setiap panorama dalam album perjalananku. Membawa beberapa cinderamata untuk sanak saudaraku.
Aku ingin menjadi seorang kepala sekolah. Kubayangkan sekolahku berdiri megah, membuat orang berdecak kagum melihatnya. Dengan asrama untuk siswa-siswi yang menimba ilmu. Kelak sekolahku tak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan, tetapi juga nilai kehidupan. Kelak dalam setiap tahun ajaran baru, Aku akan memberi kata sambutan untuk murid-murid baruku.
Aku ingin menjadi seorang atlet bulu tangkis. Beraksi membantai lawanku dengan serangan smash yang tajam. Beraksi dengan kaus bertuliskan namaku di belakangnya. Membuat penoonton meneriakkan namaku ketika aku mengembalikan smash lawan dengan sempurna. Membawa pulang piala dengan penuh kebanggaan.
Aku ingin menjadi seorang pemimpin salah satu perusahaan tersukses di dunia. Ke manapun Aku pergi, orang akan berhenti dan terpana dengan karisma yang kumiliki. Ketika aku berbicara, kata-kataku dapat membuat mereka mengangguk-angguk, tak berdaya harus menjawab bagaimana.
Namun, ketika Aku beranjak ke usia yang lebih tua, Aku mulai melupakan mimpiku satu per satu. Membiarkan mereka tertinggal di belakang, lama kelamaan hilang terhempas angin waktu. Aku berpikir itulah saatnya Aku mulai berhenti bermimpi. Lalu, Aku meneruskan hidup apa adanya tanpa impian yang muluk-muluk.
Dan lihatlah, apa jadinya Aku tanpa mimpi? Aku hanyalah seorang pelajar. Yang pada akhirnya hanya mendapat sejumlah nilai di selembar kertas bernama SKHUN..
Haruskah Aku bermimpi lagi?

Tangerang, 3 Juli 2008