Thursday, July 3, 2008

Mimpi

Ketika kecil, Aku memiliki segudang mimpi, ini dan itu. Aku ingin menjadi ini dan itu. Aku ingin melakukan ini dan itu. Aku ingin mempunyai ini dan itu. Aku ingin mengunjungi tempat ini dan itu. Aku ingin orang berkata ini dan itu. Aku ingin bertemu dengan si ini dan itu. Aku ingin ini dan itu.
Aku ingin menjadi seorang putri. Bersama burung-burung biru bernyanyi menghibur penghuni hutan. Bersama kelinci-kelinci putih melompat dan menari riang. Bersama peri-peri kecilku berdoa di bawah kerlap-kerlip bintang. Lalu pergi ke negeri seberang bersama Sang Pangeran.
Aku ingin menjadi seekor burung. Mengepakkan kedua sayapku di bawah hamparan langit biru. Terbang melewati semua aktivitas orang di bawah. Terbang menuju ke tanah di balik pegunungan itu. Kemudian membangun sarangku di sebuah pohon yang rindang.
Aku ingin menjadi seorang bajak laut. Mengarungi lautan dan berburu harta karun. Semua musuh dan monster penghuni laut kukalahkan dengan meriam di kapalku. Bersama awak kapal bernyanyi riang mencapai kemenangan. Berlayar kembali mencari lautan yang hilang.
Aku ingin menjadi seorang bangsawan. Memiliki sebuah rumah besar dengan perabotan yang hanya ada satu di dunia ini. Memiliki taman yang terbentang dengan rerumputan hijau dan warna-warni serta semerbak harum bunga. Mengadakan pesta kebun dengan mengenakan gaun yang cantik. Bermain petak-umpet dengan teman kecilku lainnya.
Aku ingin menjadi seorang pelukis. Dengan seni dalam darahku, ku torehkan warna-warni dalam selembar kanvas putih. Atau dengan sebatang pensil abuku, melukiskan sketsa wajah dalam hitungan menit. Lalu, aku akan berdiri di suatu podium. Mengucapkan terima kasih atas kehadiran orang-orang dalam pameranku.
Aku ingin menjadi seorang penulis. Di mana orang akan membaca bukuku di sela aktivitas mereka. Di mana mereka akan membunuh waktu dengan bertualang bersama karakter fiksi ciptaanku. Lalu, Aku akan tersenyum dengan jepret kamera dan membubuhkan tanda tanganku di balik lembar foto itu.
Aku ingin menjadi seorang pemandu wisata. Mengantarkan orang bertamasya ke tempat baru. Mendapatkan uang sekaligus berlibur. Mempelajari bahasa dan budaya baru. Mengabadikan setiap panorama dalam album perjalananku. Membawa beberapa cinderamata untuk sanak saudaraku.
Aku ingin menjadi seorang kepala sekolah. Kubayangkan sekolahku berdiri megah, membuat orang berdecak kagum melihatnya. Dengan asrama untuk siswa-siswi yang menimba ilmu. Kelak sekolahku tak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan, tetapi juga nilai kehidupan. Kelak dalam setiap tahun ajaran baru, Aku akan memberi kata sambutan untuk murid-murid baruku.
Aku ingin menjadi seorang atlet bulu tangkis. Beraksi membantai lawanku dengan serangan smash yang tajam. Beraksi dengan kaus bertuliskan namaku di belakangnya. Membuat penoonton meneriakkan namaku ketika aku mengembalikan smash lawan dengan sempurna. Membawa pulang piala dengan penuh kebanggaan.
Aku ingin menjadi seorang pemimpin salah satu perusahaan tersukses di dunia. Ke manapun Aku pergi, orang akan berhenti dan terpana dengan karisma yang kumiliki. Ketika aku berbicara, kata-kataku dapat membuat mereka mengangguk-angguk, tak berdaya harus menjawab bagaimana.
Namun, ketika Aku beranjak ke usia yang lebih tua, Aku mulai melupakan mimpiku satu per satu. Membiarkan mereka tertinggal di belakang, lama kelamaan hilang terhempas angin waktu. Aku berpikir itulah saatnya Aku mulai berhenti bermimpi. Lalu, Aku meneruskan hidup apa adanya tanpa impian yang muluk-muluk.
Dan lihatlah, apa jadinya Aku tanpa mimpi? Aku hanyalah seorang pelajar. Yang pada akhirnya hanya mendapat sejumlah nilai di selembar kertas bernama SKHUN..
Haruskah Aku bermimpi lagi?

Tangerang, 3 Juli 2008

0 comments: